Bahagia Tidak Harus Dengan Uang

Saya lahir dikeluarga sederhana, jadi bisa dibilang keluarga kami jarang memiliki uang dalam jumlah yang banyak. Tetapi dengan jumlah uang yang tidak banyak tersebut orang tua saya mampu menghidupi keluarga dan menyekolahkan saya.
Ketika masih duduk dibangku sekolah dasar dan SMP mungkin karena saya bersekolah di Desa, kondisi keuangan yang paspasan tidak begitu berpengaruh terhadap saya. Namun ketika saya mulai duduk di bangku SMA saya mulai minder. Saat itu saya bersekolah di sebuah SMA unggulan. Saat teman-teman bisa membeli hand phone saya hanya bisa meminjam atau melihatnya saja. Saat teman-teman kesekolah dengan sepeda motor saya hanya bisa menunggu salah seorang teman menjemput saya. Bahkan setelah saya lulus SMA saya semakin minder karena teman-teman dengan mudahnya bisa melanjutkan kuliah.
Untuk bisa kuliah orang tua saya memerlukan waktu dua tahun untuk mengumpulkan uang. Akhirnya tahun 2008 saya bisa melanjutkan kuliah disalah satu perguruan tinggi negeri. Namun kondisinya semakin parah karena saya merasa semakin minder dengan gaya hidup teman-teman di kampus. Saya sadar untuk mengikuti gaya hidup teman-teman di kampus itu rasanya tidak mungkin, karena dalam satu bulan saya hanya mendapatkan uang saku sebesar 200.000. Saat itu saya berfikir seandainya saya mempunyai banyak uang saya pasti bisa seperti mereka. Pada saat itu saya memiliki kesimpulan dengan memiliki banyak uang pasti saya bisa memenuhi semua kebutuhan dan keinginan saya, dan tentunya saya akan bahagia dengan memiliki banyak uang. Sehingga pada saat itu saya bersemangat belajar untuk bisa cepat lulus dan segera mendapatkan pekerjaan, dengan demikian saya akan memiliki uang sendiri.
Akhirnya saya bisa menamatkan pendidikan saya dan sebelum diwisuda saya sudah mendapatkan pekerjaan. Diawal-awal bekerja saya sering membayangkan kebahagiaan si bos. Dengan jumlah uang yang banyak pasti si bos hidupnya bahagia tidak kurang satu apapun. Malam bisa tidur nyenyak tanpa memikirkan kreditan. Namun pemikiran tersebut berubah setelah saya bekerja beberapa lama di perusahaan tersebut. Si bos sering mengeluhkan tidak bisa tidur memikirkan kondisi perusahaan, pikirannya dijejali karyawan yang menurutnya tidak sesuai dengan harapan, dan banyak lagi ketidak tenangan yang bisa saya rasakan. Hal yang seperti ini tidak terjadi hanya sekali tapi berulang-ulang, sehingga saya berfikir ternyata uang yang banyak tidak bisa membuat orang benar-benar bahagia dan tenang.

Memang kalau dipikirkan secara logika memiliki uang yang banyak pastinya harus ada usaha yang banyak pula. Usaha yang banyak akan menuntut kita untuk berfikir dan berbuat banyak hal. Pikiran dan pekerjaan terlalu banyak tentunya juga akan mempengaruhi fisik dan pribadi seseorang. Ditambah lagi dengan cerita salah seorang keluarganya yang tinggal di Surabaya yang jauh lebih kaya dari pada si Bos, karena memiliki penyakit yang kronis untuk berjalan saja dia tidak bisa, makan harus sesuai dengan takaran. Seketika penilaian saya terhadap uang yang banyak menjadi berubah. Ternyata uang tidak mutlak membuat orang menjadi bahagia. Penilaian saya terhadap uang tidak mutlak membuat orang menjadi bahagia semakin kuat ketika saya memperhatikan keluarga kerabat saya. Hubungan keluarga mereka retak setelah mereka menjual tanah warisan keluarganya. Dengan nilai penjualan yang cukup banyak menimbulkan masalah baru ketika mereka mengelola hasil penjualan.

Saya jadi teringat akan pesan bapak saya. Bapak saya selalu berpesan "Utamakan yang ada" atau dengan kata lain Syukuri apa yang kita miliki. Selama kita tidak bisa mensyukuri apa yang kita miliki saat ini kita tidak akan pernah merasa bahagia, karena kita akan selalu merasa kekurangan, kekurangan dan semakin kekurangan. Bagaimanapun kondisinya kita harus bisa mensyukuri karena diluar sana banyak orang yang tidak seberuntung saya. Meskipun dengan uang yang pas-pasan saya bisa menamatkan pendidikan bahkan sampai keperguruan tinggi. Meskipun saya lulus tidak dengan predikat cumlaud saya bisa mendapatkan pekerjaan sebelum diwisuda. Meskipun gaji saya tidak besar saya bisa memenuhi kebutuhan hidup saya tanpa meminta lagi dari orang tua. Meskipun uang saya tidak sebanyak yang dimiliki si bos tetapi jam 10 malam saya sudah bisa tidur nyenyak. Kalau kita bisa bersyukur banyak hal yang bisa kita syukuri dalam hidup ini. Mari bersyukur.

Artikel Terkait

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Copyright © Bagibagiblog